Unsur-unsur
Terapi
a. Tujuan-tujuan
Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami
keberadaan secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemampuannya.
Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri
klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas
dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Terapi eksistensial juga bertujuan membantuklien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan
deterministik di luar dirinya.
b. Fungsi dan
Peran Terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orintasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut:
- Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
- Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
- Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
- Berorientasi pada pertumbuhan.
- Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
- Mengakui bahwa putusan-ptusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tengan klien.
- Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
- Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
- Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
c. Teknik-teknik
Terapi
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah
memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada
pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien
pada saat itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa
lalu (May &Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode
yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien,
tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses
terapeutik. Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi
(pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling),
asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan
pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang
dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain,
beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu
semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi
Sepanjang
proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan
hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan
memahami klien.
Teknik-teknik
yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
- Penerimaan
- Rasa hormat
- Memahami
- Menentramkan
- Memberi dorongan
- Pertanyaan terbatas
- Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
- Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
- Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
PERSON
CENTERED THERAPY
Carl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika
yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi
berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali
menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous
pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers
yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui
pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk
sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling
menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi
terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya
tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri
tersebut.
Konsep dasar
Pandangan Carl Rogers Tentang Perilaku atau Kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian
teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang
unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
a) Pengalaman,
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal
ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari
– jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke
dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran
masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin
terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
b) Realitas,
Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari
persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang –
orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu.
Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu
melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan
berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain
adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk
memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya
(wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
c) Organisme
Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh.
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena
harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang.
Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih
penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk
di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan
diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya
lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
d) Organisme
mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency).
Ini adalah
prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry
Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa.
Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini
adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang
lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih
memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada
bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme
total.
e) Frame Internal
Referensi, Ini adalah bidang persepsi individu.
Ini adalah cara dunia muncul
dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari
titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan
pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka
lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan
kepribadian.
f) Konsep Diri.
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual
terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan
dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama
dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran
merupakan cairan dan proses perubahan.
g) Symbolization.
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk
menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya,
orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi
tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang
konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di
lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat
melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
h) Penyesuaian
Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri.
Hal ini mengacu pada
konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik
dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan
ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan.
Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan
karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
i) Organismic
Valuing Process.
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas
bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini
yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan
“kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses
menilai organismic konsisten dengan hipotesi
j) The Fully
Functioning Person.
Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada
Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami
semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di
dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
Unsur-Unsur
Terapi :
1. Peran Terapis
Menurut
Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan
sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien
melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik –
teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu
klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari
bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien
tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis
percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di
capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2. Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak
boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada
pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni
pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis
memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya
berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian
dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis
memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan
pasien tanpa memberi penilaian.
Agar dalam masalah
yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan
serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga
bebas dari masalah tersebut.
Fungsi dan
Peran Terapis :
- Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
- Mengendalikan filsafat pribadi
- Terapis bukan guru atau pengkhotbah
- Memberi makna lagi pada hidup
- Memberi makna lagi pada penderitaan
- Menekankan makna kerja
- Menekankan makna cinta
- Hubungan Klien dengan Terapis
Sumber :
http://muhammaddany.blogspot.com/2014/04/tugas-psikoterapi-2.html
Gerald, Corey,. Teoridan. Praktek Konseling &
Psikoterapi. Bandung : Revika Aditama
Syamsu, Yusuf,. Juntika, Nurihsan. Teori Kepribadian,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment