“Engkau telah menyalahkan aku dan
kini engkau menatap apiku. Engkau menikmati kehangatan dan terang yang
kupancarkan. Aku bahagia dapat berguna dan dibakar demi kesenaganmu. Jika
tidak, aku hanya berbaring bermalas-malasan di dalam sebuah kotak yang
tersimpan rapi di dalam lemari. Aku hanya mempunyai arti, suatu kepenuhan, saat
aku sedang bernyala, walaupin aku benar-benar sadar bahwa semakin lama aku
terbakar, semakin pendek batangku, dan semakin dekat pula aku mencapai hayatku.
Dan ketika semuanya ini berlalu, aku tahu engkau akan berkata, “Lilin itu telah
musnah terbakar”.
Lanjutnya, “Aku tahu, aku mempunyai
pilihan untuk tetap tinggal di dalam kotak dan tetap tidak terlihat, tersentuh,
dan tak berguna. Atau, aku dapat membakar diriku sendiri dengan memberikan
cahaya dan kehangatan, tetapi dengan demikian aku mempercepat kematianku.
Tetapi aku tahu bahwa memberi itu indah dan bermakna”.
Kita manusia juga seperti lilin itu.
Apakah kita terus menutup kotak, tetap dingin dan hampa, ataukah kita berbaur
dengan masyarakat dan membagikan kehangatan dan cinta, dan memberi makna pada
hidup kita.
Sebagaimana
dikatakan Baroness de Huck :
“Suatu
lonceng bukanlah lonveng hingga engkau membunyikannya”
“Lagu
bukanlah lagu hingga engkau menyanyikannya”
Cinta
dalam hatimu tidak di anugerahkan untuk disimpan, cinta bukanlah cinta hingga
engkau menyalurkannya”.
Saduran Tanget
No comments:
Post a Comment