Sunday 18 November 2012

LILIN BERNYALA MENGATAKAN INI KEPADA KITA




            “Engkau telah menyalahkan aku dan kini engkau menatap apiku. Engkau menikmati kehangatan dan terang yang kupancarkan. Aku bahagia dapat berguna dan dibakar demi kesenaganmu. Jika tidak, aku hanya berbaring bermalas-malasan di dalam sebuah kotak yang tersimpan rapi di dalam lemari. Aku hanya mempunyai arti, suatu kepenuhan, saat aku sedang bernyala, walaupin aku benar-benar sadar bahwa semakin lama aku terbakar, semakin pendek batangku, dan semakin dekat pula aku mencapai hayatku. Dan ketika semuanya ini berlalu, aku tahu engkau akan berkata, “Lilin itu telah musnah terbakar”.



            Lanjutnya, “Aku tahu, aku mempunyai pilihan untuk tetap tinggal di dalam kotak dan tetap tidak terlihat, tersentuh, dan tak berguna. Atau, aku dapat membakar diriku sendiri dengan memberikan cahaya dan kehangatan, tetapi dengan demikian aku mempercepat kematianku. Tetapi aku tahu bahwa memberi itu indah dan bermakna”.





            Kita manusia juga seperti lilin itu. Apakah kita terus menutup kotak, tetap dingin dan hampa, ataukah kita berbaur dengan masyarakat dan membagikan kehangatan dan cinta, dan memberi makna pada hidup kita.
Sebagaimana dikatakan Baroness de Huck :
“Suatu lonceng bukanlah lonveng hingga engkau membunyikannya”
“Lagu bukanlah lagu hingga engkau menyanyikannya”
Cinta dalam hatimu tidak di anugerahkan untuk disimpan, cinta bukanlah cinta hingga engkau menyalurkannya”.






Saduran Tanget

No comments:

Post a Comment